Senin, 30 April 2012

LAPORAN WALIKELAS NUR WIDJAJANTI


I.         LATAR  BELAKANG

            Keberhasilan dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran komponen yang terlibat didalamnya yaitu guru (sekolah), orang tua dan masyarakat. Peran orang tua adalah peran yang paling vital, karena orang tua adalah yang paling banyak waktunya untuk berhubungan dengan anak.
            Guru sebagai tenaga pendidikan secara substantif memegang peranan tidak hanya melakukan pengajaran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga dituntut untuk memberikan bimbingan dan pelatihan .
            Di dalam UU no 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa, tenaga pendidikan selain bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pelayanan dalam satuan pendidikan, juga sebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses serta menilai hasil pembelajaran, bimbingan dan pelatihan.
            Berdasarkan pemahan peran guru dan orang tua dibutuhkan sinergi antara keduanya untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anak. Dan sebagai jembatan antara orang tua, guru,  kepala sekolah dan siswa adalah wali kelas.


II.    DEFINISI
            Wali kelas adalah pengganti orang tua di sekolah yang mempunyai wewenang mendampingi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan monitoring kelas. Serta bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atas terlaksananya pendampingan dan monitoring kelas.


III.  TUJUAN
1.       Agar siswa mampu mempersiapkan diri secara efektif dalam             menghadapi tugas-tugas dari guru
2.       Agar siswa mampu berkembang secara optimal sebagai individu yang potensial



IV.   SASARAN
1.      Wali kelas sebagai pemegang peranan penting dalam pendamping siswa pada pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.        Siswa sebagai individu mampu menyelesaikan masalah dalam 
           kegiatan belajar mengajar.


V.     MANFAAT
            Secara Instusional dapat memetakan kemampuan walikelas dan siswa sehingga pada akhirnya nanti dapat melakukan perbaikan sistem pada proses KBM sehingga menghasilkan penguasaan kompetensi siswa yang di harapkan
       Memahami perbedaan individu pada siswa sehingga mampu memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing  siswa.
Dan membantu para siswa untuk meningkatkan hasil belajar agar tidak mengalami ke gagalan.
  

VI.   KESIMPULAN
1.      Wali Kelas bertugas mewakili kepala sekolah dan orang tua dalam pembinaan siswa.
2.         Membina kepribadian, ketertiban dan kekeluargaan
3.        Membantu pengembangan peningkatan kecerdasan & ketrampilan   siswa.
4.         Memonitoring ketidakhadiran, pelanggaran dan perilaku siswa
5.         Mengetahui latar belakang siswa.





12 Langkah Walikelas

1.        Mengetahui tugas pokok, yaitu :
            -   Mewakili orangtua dan kepala sekolah dalam lingkungan kelas
            -   Membina kepribadian dan budi pekerti
            -   Membantu pengembangan ketrampilan
2.         Mengetahui jumlah anak didik
3.         Mengetahui anak didik
4.         Mengetahui identitas anak didik antara lain dengan memanggil seorang demi seorang, anak didiknya untuk  menyesuaikan data dengan keadaan sebenarnya.
5.         Mengetahui kehadiran setiap hari di kelas
6.         Mengetahui masalah-maslah anak didik: pelajaran, ekonomi sosial dan lain-lain.
7.         Mengadakan penilaian, kelakuan dan kerajinan
8.         Mengambil tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah
9.         Memperhatikan buku Raport, kenaikan dan ujian akhir
10.       Memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan
11.       Membina suasana kekeluargaan
12.       Melaporkan kegiatan atau permasalahan kepada kepala sekolah

Minggu, 29 April 2012

Belajar dari Dora

Dora dan Boots adalah tokoh utama dalam film serial kartun yang ditayangkan pada salah satu stasiun televisi swasta. Saya sering dan suka menontonnya. Dora dan boots mengajari anak kita berpetualang, dari satu tempat ke tempat yang lain, dengan berbagai masalah dan situasi yang dibangun. Sangat menarik bagi anak Dora dan Boots mengajari anak untuk berpikir kreatif dan bukan menghafal. Anak dilatih untuk melihat persoalan, menyusun rencana, menetapkan sasaran, memahami proses, dan yang paling menarik adalah Dora dan boots menggunakan peta sebagai alat bantunya.
Dora dan Boots menekankan bahwa untuk dapat mencapai tujuan harus mengetahui persoalannya terlebih dahulu dan untuk bisa mengetahui persoalan harus membuat perencanaan. Setiap perencanaan dibagi dalam proses, yang terdiri atas tahapan yang harus dilalui. Mulai dari awal sampai ke titik sasaran. Untuk membantu itu semua, diperlukan petunjuk arah yang disebut peta.
Dalam film kartun ini, peta selalu digunakan sebagai alat bantu untuk memecahkan teka-teki juga alat bantu dalam proses pencapaian sasaran. Sungguh, Dora telah membuka mata saya untuk mengingat kembali dan membandingkan dengan sistem pendidikan yang ada sekarang ini.
Mari kita ingat kembali ketika masih duduk di bangku SMP atau SMA. Kita juga mendapatkan pelajaran peta pada bidang studi geografi. Namun sayangnya, cara kita dulu diajar sangatlah jauh berbeda dengan cara yang diajarkan Dora pada anak-anak.
Dulu, oleh guru geografi selalu diminta untuk menghafal kota dan ibukota dalam peta yang sedang dipelajari. Tidak seperti Dora, yang mengajarkan bahwa peta adalah alat bantu petunjuk, untuk mencapai tempat tujuan, bukan sesuatu yang harus dihafalkan.
Masih ingatkan dengan adanya ujian PETA BUTA? Kita diminta untuk menghafalkan bentuk pulau, kemudian menggambarnya, sekaligus menuliskan nama dan posisi kota sekalian. Otak kita terus menerus dipaksa untuk menghafal dan menghafal dan itu membuat sangat tersiksa. Tapi sayangnya, setelah kita menjadi orangtua dan guru, kita kembali menerapkan hal sama pada anak kita atau anak didik kita disekolah.
Lalu, apa akibatnya dari model pendidikan semacam ini? Jelas sekali, anak dan kita termasuk di dalamnya, tidak pernah tahu bahwa peta sebenarnya adalah sebagai alat bantu terbaik untuk mencapai sasaran dan bukan barang hafalan
Coba diperhatikan, jika kita sedang berwisata, sangat jelas bedanya antara turis asing dan turis lokal. Meskipun kedua turis ini sama-sama buta terhadap wilayah yang dikunjunginya, akan tetapi tampak jelas sekali perbedaannya. Turis asing akan selalu memegang peta bersamanya sebagai alat bantu mencapai tujuan. Sementara turis lokal hampir tidak pernah ada yang membawa peta, melainkan hanya bermodalkan nekat saja
Jika sampai saat ini ternyata kita pun masih menjadi salah satu turis bermodalkan nekat, jangan takut, karena itulah hasil pendidikan kita dahulu. Begitulah akibatnya jika anak terus menerus dididik dengan cara hafalan seperti burung beo dan bukan berpikir kreatif. Jadi, wajar saka jika saat ini kita memiliki cukup banyak stok orang-orang yang hanya bisa psarah menghadapi berbagai permasalahan hidup. Jangankan berusaha untuk menemukan solusi kreatif bagi diri dan bangsanya.